Minggu, 13 Januari 2019

KD 2. Morphing


Apa Itu Animasi Morphing?

Animasi merupakan kumpulan objek yang digerakkan dengan memunculkan masing-masing objek sesuai dengan urutan dan gerakannya. Teknik pembuatan animasi itu sendiri memiliki banyak macam, diantaranya yaitu animasi sel, animasi path, animasi frame, animasi sprite, animasi character  dan animasi morphing.
Animasi morphing yang menekankan animasi pada perubahan bentuk suatu objek menjadi bentuk yang lain. Animasi morphing ini diusulkan oleh Beier dan Neely (1992) dalam music video “Black and White” yang dibawakan oleh Michael Jackson. Konsep ini menggunakan face morphing yang merubah wajah satu menjadi wajah yang lain. Selain itu, animasi morphing banyak digunakan dalam film-film seperti dalam film Werewolf.  Morphing animation memiliki beberapa teknik dalam pembuatannya.

1. Teknik Cross Dissolve
Teknik animasi ini merupakan teknik dalam morphing animation yang paling sederhana, dimana pembuatannya mengandalkan transparansi yang di setting maksimum 100% pada gambar asal dan 0% untuk gambar tujuan. Pada prosesnya nanti, transparansi pada gambar asal akan dikurangi sedikit demi sedikit. Jika persentase transparansi gambar asal dan gambar tujuan dijumlahkan akan dihasilkan 100%. Hasil morphing animation dengan teknik ini kurang memuaskan walaupun waktu pembuatannya tidak dibutuhkan waktu yang lama.





2. Feature Based Image Morphing
Teknik animasi morphing ini memiliki tingkat kesulitan yang lebih dibandingkan teknik morphing cross dissolve. Teknik ini menggunakan titik-titik yang membentuk garis, dimana gambar asal dan gambar tujuan memiliki garis-garis yang disebut dengan garis feature. Garis feature ini lah yang akan menjadi pembatas objek dari suatu image yang akan di morph. Teknik ini membutuhkan dua tahap dalam pembuatan morphing animation, yaitu tahap deformation dan cross dissolve. Pada tahap deformation,  image source dan image destination dirubah dengan memperhatikan garis feature yang ada pada masing-masing image. Semakin panjang garis feature, maka semakin bagus hasil deformation. Begitu pula dengan jarak titik dan garis feature, semakin dekat jarak keduanya maka hasil deformation akan semakin bagus. Pada tahap ini posisi, warna dan bentuk objek diubah sesuai dengan objek yang terdapat pada image destination sesuai garis feature yang terdapat dalam image destination. Setelah tahap deformation ini selesai, dilanjutkan dengan tahap cross dissolve.



3. Mesh Morphing (Triangulation Based Morphing)
Mesh morphing hampir sama dengan teknik animasi morphing feature based morphing. Perbedaan kedua teknik ini terdapat pada garis-garis feature pada mesh morphing yang membentuk segitiga dengan memperhatikan jumlah segitiga dan titik kontrol yang terdapat dalam segitiga tersebut. Seperti halnya feature based morphing, pada mesh morphing garis feature pada image source dipasangkan dengan garis feature yang terdapat dalam image destination. Perbedaannya terdapat pada kurva tertutup (segitiga) yang dibentuk oleh tiga garis feature, dimana didalamnya terdapat titik kontrol yang disebut site point. Deformasi dilakukan dengan mendeformasikan titik (site point) yang terdapat di dalam segitiga dengan tiga garis feature. Peletakan garis-garis feature ini berdasarkan delaunay triangulation yang menggunakan algoritma insertion.



4. Selection Morphing
Teknik ini sering digunakan dalam animasi yang membutuhkan ekspresi hewan. Selection morphing hanya men-deformasi sebagian dari objek yang telah diinputkan. Dengan teknik selection morphing, kita dapat menghasilkan animasi hanya dengan sebuah foto atau image source tanpa harus melakukan cross dissolve dengan image destination.




Interpolasi Linier
Interpolasi linier adalah salah satu teknik untuk mendapatkan nilai antara dari dua nilai dengan memperhatikan perbandingan skala atau posisinya. Interpolasi ini menggunakan pendekatan garis lurus.





Morphing dua dimensi
Morphing dua dimensi mengubah array piksel demi piksel menjadi array lain secara progresif. Nilai menengah antara dua piksel dapat diperoleh dengan menginterpolasi nilai rgb sumber dan mengakhiri piksel dengan cara yang lebih atau kurang rumit. Namun, interpolasi warna lurus menciptakan banyak efek samping yang tidak diinginkan seperti ghosting dan transisi yang tidak alami.
Cara yang lebih baik untuk mencapai morphing dua dimensi adalah mengidentifikasi segmen garis pada gambar sumber dengan segmen garis pada gambar target sehingga nilai-nilai piksel akan benar-benar bergerak melintasi gambar sehingga fitur akan dipertahankan dengan lebih baik. Misalnya untuk memetakan wajah ke wajah lain, adalah penting bahwa fitur-fitur tertentu seperti mata, hidung, dan mulut diidentifikasi sehingga gambar perantara benar-benar terlihat alami. Mulut gambar sumber akan pindah ke tempat yang tepat di gambar target.


Morphing 3 Dimensi
Morphing tiga dimensi telah dilakukan dengan menggunakan teknik yang kurang lebih sama. Alih-alih berurusan dengan piksel dalam gambar dua dimensi, orang-orang yang melakukan ini menggunakan piksel dalam struktur tiga dimensi. Algoritme masih sama, fitur yang diidentifikasi sekarang adalah titik, tepi, kubus, dan struktur tiga dimensi lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar